Powered by Blogger.

Sunday, December 4, 2011

Darah Juang (Puisi)

Pesan Sang ibu
Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh diatas pangkuannya
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang ibu
Tangannya yang halus mulus
Membelai kepalaku
Bergetarlah seluruh jiwa raga
Musnahlah seluruh api semangat juang ku
Namun sang ibu berkata
Anak ku sayang
Apabila kakimu sudah melangkah ditengah padang
Tancapkanlah kakimu dalam-dalam
Dan tetaplah terus bergumam
sebab gumam adalah mantera dari dewa-dewa
Gumam mengandung ribuan makna
Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga
Maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan
Yang nantinya akan berubah
Menjadi gelombang salju yang besar
Yang nantinya akan mampu merobohkan
Istana yang penuh kepalsuan
Gedung-gedung yang dihuni kaum munafik
Tatanan negeri ini sudah hancur anak ku
Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini
Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca
Tapi membiarkan punggungnya penuh noda
Dan penuh benir hitam yang baunya kemana-mana
Mereka selalu menyemprot kemaluannya
dengan parfum luar negeri
diluar berbau wangi
di dalam penuh dengan bakteri
Dan Hebatnya..
Sang penguasa negeri ini
Pandai bermain akrobat
Tubuhnya mampu dilipat-lipat
yang akhirnya
pantat dan kemaluannya sendiri
mampu dijilat-jilat
Anak ku..
Apabila pedang sudah kau cabut
Janganlah surut
Janganlah bicara soal menang dan kalah
sebab menang dan kalah
Hanyalah mimpi-mimpi
Mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan
keinginan hanyalah sebuah khayalan
yang hanya akan melahirkan harta dan kekuasaan
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun
yang terbang di udara
Anak ku..
Asah lah pedang
Ajak lah mereka bertarung di tengah padang
Lalu..
Tusukkan pedangmu ditengah-tengah selangkangan mereka
biarkan darah tertumpah di negeri ini
satukan gumam mu
Menjadi
Revolusi..!!!

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More