Terkadang sebuah fanatisme pada motor tak akan lengkap tanpa memahami atribut kultur dan tradisinya. Ibaratnya, tak akan cucok jika demen musik rock Jepang, tapi gak paham fashion Harajuku yang serba norak dan heboh. Nah, bro en sis, nih komunitas bisa disebut sebagai komunitas yang berusaha menikmati kecintaan mereka pada motor dengan nuansa retro serta tradisi kultur yang menjadi warna khas si motor saat dahulu kala. Beat Boys adalah komunitas pecinta Vespa dan Lambretta dari Bandung yang sangat seru aksi dan tongkrongannya, serba necis dan rapi.
Salah satu ciri khas mereka adalah mudeng ama fashion dan kultur pop yang menyertai sejarah motor vespa. Istilahnya, meski wajib paham urusan teknis motor, tentu juga harus bisa menggali nilai tradisi anak muda vespa di masa lalu yang bergaya dan suka musik.
Menurut salah satu bikers Beat Boys, Uki mengakui bahwa ciri khas anak-anak Beat Boys selain menggemari gaya fashion retro, tetapi juga merupakan penggemar musik-musik yang berkuasa pada era 1960-an di Inggris. Seperti “The Who”, “Small Faces”, “The Kinks”, dan lainnya. Sebutannya para penyuka tradisi Mod yang sempat menjadi kultur unik di anak muda Inggris pada awal tahun 1970an. “Kita ingin memahami esensi vespa di anak muda secara mendalam, salah satunya tradisi Mod,” ujarnya.
Komunitas Beat Boys terbentuk 29 Maret 2008. Mengambil spirit kaum Mod, tak lain kaum muda yang penampilan dan dandanannya selalu rapi. Mereka juga menyukai berbagai jenis musik modern dan keren yang hits pada waktu itu. Kendati begitu, mereka adalah juga kaum pekerja yang justru ingin menolak kemapanan kalangan elite Inggris saat itu.
Kini sudah lebih dari 70 orang bergabung dengan Beat Boys. Struktur formal pun tak ada di komunitas ini. So, suasana brotherhood di komunitas ini lebih mencair dan tak ada sekat senioritas. Kegiatan komunitas tentu saja tidak sekadar kumpul-kumpul tetapi juga jalan bareng (touring), berbagi informasi tentang spare part, dan modifikasi. Mempercantik Vespa dan lambretta disebut sebagai restorasi.
Meski komunitas ini mengadopsi konsep dan gaya hidup kaum Mod, tidak otomatis meninggalkan tradisi Indonesia. Di satu sisi, mereka mengambil spirit kaum Mod. Di sisi lain, spirit itu mencoba diadaptasikan dalam keindonesiaan. Misalnya, kaum Mod cenderung menolak komunitas lain dari kalangan hedonis Inggris. Akan tetapi, Beatboys tetap mencoba adaptif dengan komunitas lain walau tidak harus menanggalkan sikap dan filosofi yang mereka pegang.
Anggota Beat Boys berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, karyawan swasta, sampai pengusaha. Semua kegiatan komunitas dibiayai dari uang urunan. Contohnya kalau ada kegiatan touring dan kegiatan sosial, biasanya setiap anggota dikenai iuran tertentu. Ada juga anggota yang menyumbang sukarela. Kalaupun mereka terbiasa makan dan minum di kafe, tentu saja bayar masing-masing.
Berslogan “Respect Each Others”, komunitas Beat Boys tidaklah tertutup atau ekslusif kok. Komunitas Beat Boys baru ada di Bandung, so bagi yang para penggemar Vespa dan Lambretta yang lagi mencari pertemanan yang unik dan menarik, silahkan atuh, sambangi cafe Twank, di jalan Sultan Agung, Bandung, dimana anak-anak Beat Boys kerap kongkow.
0 comments:
Post a Comment